DESKRIPSI TANAMAN BUNGA ROSELLA
Rosela merupakan herba tahunan yang
bisa mencapai ketinggian 0,5-3 meter, Batangnya bulat tegak, berkayu, dan
berwarna merah. Daunnya tunggal, benbentuk bulat telur, pertulangan menjari,
ujung tumpul, tepi bergerigi, dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6—15 cm dan
lebarnva 5—8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau, dengan panjang 4—7 cm.
Bunga rosela yang keluar dari ketiak
daun merupakan bunga tunggal, artinya pada seliap tangkai hanya lerdapat satu
bungar Bunga ini mempunyai 8— 11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm,
pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna merah. Kelopak bunga ini sering
dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan
sebagai bahan makanan dan minuman.
Mahkota bunga berbentuk corong,
Terdiri dari 5 helaian, panjangnya 3-5 cm. Tangkai sari yang merupakan tempat
melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar
5 mm dan lebar sekitar 5 mm. Putiknya berbentuk tabung, berwarna kuning atau
merah.
Buahnya berbentuk kotak kerucut,
berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwarna merah. Bentuk biji menyerupai
ginjal, berbulu, dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm. Saat masih muda, biji
berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-abu.
KANDUNGAN KIMIA BUNGA ROSELLA
Kandungan kimia tanaman ini adalah
(+)-alohidroksi asam sitrat lakton, asam malat dan asam tartrat. Antosian yang
menyebabkan warna merah pada tanaman ini mengandung delfinidin-3-
siloglukosida, delfinidin-3-glukosida, sianidin-3-siloglukosida, sedangkan
flavonoidnya mengandung gosipetin dan mucilago (rhamnogalakturonan,
arabinogalaktan, arabinan).
Sterol minyak biji rosela terdiri
atas 61,3% β-sitosterol, 16,5% kampasterol, 5,1% kolesterol, dan 3,2%
ergosterol.7
Karkade (bunga kering tanpa ovari) mengandung 13% campuran asam
sitrat dan asam malat, dua antosianin; gosipetin (hidroksiflavon) dan hibiskin,
asam askorbat 0,004-0,005%. Mahkota bunga mengandung glikosida-flavon
hibiskritin, yang mengandung aglikon hibisketin. Bunga rosela juga mengandung fitosterol.
Bunga kering mengandung 15,3% asam hibiskat. Akar rosela mengandung saponin dan
asam tartrat.
FARMAKOLOGI BUNGA ROSELLA
Sebagai
Terapi Hipertensi
Pemberian ekstrak kelopak rosela yang
mengandung 9,6 miligram anthocyanin setiap hari selama 4 minggu, mampu
menurunkan tekanan darah yang hampir sama dengan pemberian captopril 50
mg/hari. Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52
liter air (Herrera-Arellano, 2004). Terdapat penurunan tekanan darah sistolik
sebesar 11,2 % dan tekanan diastolik sebesar 10,7% setelah diberi terapi teh
rosela selama 12 hari pada 31 penderita hipertensi sedang (Haji Faraji, 1999).
Asam
Urat dan Kesehatan Ginjal
Tingginya kadar asam urat, kalsium
dan natrium dalam darah secara mekanisme normal tubuh akan dikurangi dengan
membuang kelebihan unsur tersebut melalui ginjal. Jika kondisi demikian
dibiarkan berlangsung lama akan memberatkan kerja ginjal sebagai penyaring
darah dalam tubuh. Kondisi ini dapat memicu kesakitan pada ginjal. Dengan
mengonsumsi rosela, ditemukan penurunan kreatinin, asam urat, sitrat, tartrat,
kalsium, natrium, dan fosfat dalam urin pada 36 pria yang mengonsumsi jus
rosela sebanyak 16-24 g/dl/hari (Kirdpon, 1994).
Khasiat
Lebih jauh
Rosela diketahui memiliki kandungan
senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan sebanyak 23,10 mg dalam
setiap gram bobot kering kelopak rosela. Sejumlah antioksidan yang dikandung
rosela tersebut memiliki aktivitas 4 kali lebih tinggi dibanding bubuk kumis
kucing. Penelitian yang dilakukan oleh Ir Didah Nur Faridah MSi, periset
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, menunjukkan
bahwa kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosela terdiri atas
senyawa gossipetin, antosianin, dan glukosida hibiscin yang mampu memberikan
perlindungan terhadap berbagai penyakit degeneratif (akibat proses penuaan)
seperti jantung koroner, kanker, diabetes melitus, dan katarak.
Peneliti Faculty of Agriculture,
Kagoshima University, De-Xing Hou menemukan adanya kandungan delphinidin
3-sambubioside dan cyanidin 3-sambubioside, antosianin pada rosela yang ampuh
mengatasi kanker darah alias leukeimia. Cara kerjanya adalah dengan menghambat
terjadinya kehilangan membran mitokondrial dan pelepasan sitokrom dari
mitokondria ke sitosol. Jika molekul mengandung elektron seperti guanin DNA
terserang, kesalahan replikasi DNA mudah terjadi. Kerusakan DNA memicu oksidasi
LDL, kolesterol, dan lipid yang berujung pada penyakit ganas seperti kanker dan
jantung koroner. Namun, antioksidan yang dikandung rosela meredam aksi radikal
bebas yang menyerang molekul tubuh yang mengandung elektron. Secara singkat,
adanya mekanisme tersebut menjelaskan bagaimana antioksidan yang terdapat dalam
kelopak rosela menghambat pertumbuhan sel kanker dan kejadian penyakit jantung
koroner.
Selain hal-hal yang dikemukakan di
atas, rosela juga terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida dan
LDL-kolesterol dalam darah. Penelitian terhadap efek kerabat bunga sepatu itu
terhadap kegemukan juga dilakukan oleh Sayago-Ayerdi SG dari Department of
Nutrition, Universidad Complutense de Madrid, Spanyol. Menurut Sayago rosela
mengandung 33,9% serat larut yang membantu meluruhkan lemak. Kendati
demikian,kadar keasaman (pH) seduhan rosela mencapai 3,14 sehingga perlu
diwaspadai reaksi lambung untuk pengidap maag, karena kemungkinan memiliki efek
merugikan.
KEAMANAN BUNGA ROSELLA
Nilai LD50 ekstrak mahkota bunga
rosela pada tikus di atas 5000 mg/kgBB. Satu laporan menyebutkan bahwa
pemberian pada dosis berlebihan pada periode yang relatif lama menyebabkan efek
buruk pada testis tikus.9 Nilai LD50 yang sama juga diperoleh untuk ekstrak air
dan ekstrak etanol biji rosela.19,20 Pada uji toksisitas subkronis ditemukan
bahwa nilai SGOT, SGPT, alkaline fosfatase, bilirubin dan albumin berada dalam
rentang nilai normal. Urea dan kreatinin sebagai indikator fungsi ginjal juga
dalam nilai normal.
DOSIS BUNGA ROSELLA
James Duke (2002) menyebutkan, dosis
penggunaan kelopak kering bunga rosela adalah 0,5-1 g. Jumlah ekstrak yang
disebutkan di atas telah disesuaikan dengan dosis ekstrak kelopak rosela
sebagalmana apa yang diungkapkan James Duke. Dosis tersebut diperoleh dengan
cara mengkalikan randemen yang diperoleh dari proses ekstraksl dengan dosis
kelopak kering rosela.
0 komentar:
Posting Komentar